I am Hugging My Fabulous
“Ketika suster megarahkan mulut kecilnya untuk mulai belajar menyusu, dia langsung bisa dengan sangat pandainya. Masya Allah….dan Allah memberikan kemudahan, detik itu juga ASI saya sudah keluar…Allah Maha besar…. Saya memeluknya dan tersenyum sambil bergumam dalam hati…At last I am hugging my Fabulous.”
Kehamilan ini sudah saya nantikan sekian lama. Maka mungkin akan banyak orang melihat saya terlalu lebay dalam menjaga diri…terutama soal makanan dan cerewetnya saya klo di perjalanan….buat saya…I don’t care, saya yang hamil kok, kok situ yang repot..hahhaha
Awal kehamilan selama hampir sebulan penuh saya merasa meriang dan batuk yang tak kunjung sembuh, dan pada trisemester pertama saya mengalami apa yang dikenal dengan heartburn..perut ini rasanya panass, sehingga saya kurang nyaman makan. Padahal klo saya telat makan, perut makin terasa panas, karena produksi asam lambung yang meningkat. Dan saya menjalani masa kehamilan dengan masih berjauhan dengan suami dan masih menjalani studi s3 di UI.
Saya putuskan untuk kos di sekitar UI sehingga saya tidak terlalu capek jika harus bolak balik UI. Dan saya berencana merampungkan banyak perkerjaan riset sebelum kelahiran putra kami.
Jadi hingga kehamilan memasuki usia 36 minggu, hampir setiap hari baby didalam perut menemani bundanya mengerjakan riset di ruang kerja mahasiswa doktor di UI plus menemani saya mengajar di kampus tempat saya bekerja. Karena di ruangan kami hanya saya yang lagi hamil, maka kemudia saya punya panggilan sayang baru dari teman teman satu ruangan…bumil.
Selama kehamilan tidak ada drama yang berarti kecuali saya yang harus menjalani masa kehamilan lebih sering sendirian seorang diri kecuali ketika suami pulang ke Jakarta. Alhamdulillah saya melaluinya dengan kuat. Walaupun seringnya perut ini selalu tegang setiap diajak kerja riset. Mungkin baby saya ikutan bantuin mikir emaknya..heheh.
Saya benar benar mandiri selama menjalani kehamilan, karena memang tidak ada yang menemani baik dirumah maupun di kos. Saya juga tidak punya pembantu. jadi semua pekerjaan rumah pun saya tangani sendiri. Pernah suatu momen saya pulang ke rumah kami di tangerang dr kos saya di depok. Saya pulang karena malam itu suami saya pulang kerumah. Saya sampai dirumah pukul 9 malam dengan kondisi hamil sekitar 29 minggu, cukup besar kan. Sampai rumah pompa air saya ngadat. Dan akhirnya mau nggak mau karena jelas saya perlu air buat mandi wudhu nyuci ngepel dll, dengan perut yang sudah sebesar drum itu, saya jongkok2 mbetulin pompa air tengah malam….hahahha..klo ingat itu …ahhh sedih lucu seru juga.
Karena jarak dari rumah ke RSIA bunda cukup jauh, kami mulai mempertimbangkan untuk konsultasi ke dokter lain yang lokasinya lebih dekat dengan rumah. Juga untuk jaga-jaga apabila ada kondisi urgent. Akhirnya kami memutuskan untuk konsultasi ke dokter fetomaternal di RS Eka Hospital Tangerang. .Ahli fetomaternal adalah sub spesialis dari spesialis kebidanan yang ahli dalam menganalisa hasil USG dengan lebih detail dan presisi. Pada pemeriksaaan ke minggu 16 bersama dokter fetomaternal inilah kami tahu bahwa bayi yang kami nantikan adalah bayi laki laki .
Memasuki kehamilan 28 minggu, baby saya terlilit tali pusar, Cuma menurut dokter lilitannya longgar jadi Insya Allah masih aman. Tapi jangan salah, hal semacam itu sudah bisa membuat saya menangis Bombay sepulang kontrol dokter. Saya benar2 takut hal hal yang tidak diinginkan terjadi. Memasukan kehamilan usia diatas 30 minggu, tiba2 saya beberapa kali kontrol dengan tensi yang tinggi untuk seorang ibu hamil. Ini jelas kondisi yang harus dihindari oleh ibu hamil karena ditakutkan pre eklamsia. Dokter meminta saya test urin, dan Alhamdulillah tidak ada konsentrasi protein dalan urin saya.
Memasuki trisemester ketiga dokter meminta saya untuk kontrol tiap dua minggu sekali dan selalu diminta CTG (…..). CTG ini sebuah prosedur diminta diletakkan alat semacam microfon berbentuk ceper bulat diperut saya dan disambung ke sebuah alat perekam yang sekaligus dapat mencetak grafik yang mevisualisasikan kondisi detak jantung bayi, gerakan bayi dan kontraksi. Biasanya dilakukan selama 30 menit. Nha untuk kasus kehamilan saya, sering diperpanjang jadi 45 menit karena seringnya akselerasi detak jantung baby kurang baik.
Jadi kondisi ideal detak jantung bayi selama perekaman ada pada batas threshold, tidak boleh terus terusan tinggi atau sebaliknya terus terusan rendah. Jadi harus ada lompatan lompatan akselerasi. kondisi detak jantung baby saya yang kurang lompatan akselerasi tersebut ditengarai kurangnya pasokan oksigen, jadi saya beberapa kali malah harus tinggal setengah hari di ruang bersalin untuk mendapatkan transfuse oksigen.
Kondisi kondisi seperti ini yang selalu membuat saya merasa insecure. Takut kenapa napa dengan janin didalam kandungan saya. Pengennya kalo bisa segera dikeluarkan saja..heheh.. Namun saya selalu berusaha berfikir, saya hanya manusia biasa, ikhtiar secanggih apapun untuk menjaga kehamilan saya, hanya Allah yang Maha penjaga. Maka saya hanya bisa berdoa dan berdoa untuk keselamatan calon putra kami didalam Rahim saya.
Memasuki minggu ke 38, kami kontrol dokter. Dokter mengatakan air ketuban sudah mulai keruh, plasenta juga sudah mengalami pengapuran, dan bayi saya masih terlilit tali pusar walaupun longgar. Hal itu mungkin yang membuat bayi saya belum juga turun ke bawah. Saya seperti merasa dia berusaha turun Cuma kembali lagi naik keatas.
Dokter mengatakan ini sudah bisa dilahirkan karena kondisi paru paru sudah kuat dengan adanya lemak yang sudah lepas dan mengotori air ketuban. Posisi bayi memang belum turun sepertinya tertahan di panggul kanan atas. Dari penjelasan dokter sebenarnya kami menyimpulkan kalaupun kami menunggu hingga usia kehamilan 40 minggu untuk saat itu kondisi masih memungkinkan.
Namun saya dan suami berdiskusi, kehamilan ini kami nantikan begitu lama dengan perjuangan yang tidak biasa. Dengan kondisi bayi yang terlilit tali pusar, air ketuban sudah keruh, plasenta sudah mulai mengalami pengapuran, akhirnya bismillah saya dan suami memutuskan untuk meminta dokter melakukan oprasi SC untuk melahirkan putra pertama kami. Dokter menyetujui nya. Hari itu senin ketika kami kontrol. Dokter menjadwalkan hari jumat untuk melakukan oprasi SC. Kami setuju karena dalam keyakinan agama kami hari Jumat adalah hari yang istimewa.
Deg degan luar biasa menanti hari SC tersebut. Dan memang saya sudah sering merasakan desakan dalam perut saya dan terasa sakit. Itu yang kemudian ternyata dinamakan kontraksi palsu.
Kamis sore saya sudah berada di rumah sakit…saya ingat malam saya masih sempat mengerjakan beberapa pekerjaan kantor. Saya dan suami khusuk berdoa semoga persalinan saya berjalan lancar dan selamat.
Keesokan pagi, orang tua kami sudah berkumpul untuk turut memberikan dukungan moril dan doa.
Saya masuk ruang tunggu oprasi sekitar pukul 9 pagi. dan benar benar masuk ruangan oprasi sekitar pukul 10 pagi. ruangan itu sangattt dingin. Saya makin merasa deg degan luar biasa dan perutt semakin terasa seperti didorong dari dalam. Bisimillah dokter memulai oprasi SC dan saya didampingi suami.
Saya terus mebaca ayat ayat suci al quran yang mampu saya hapal, sambil tercekat menahan tangis. Perut saya mulai dibelek. Dokter meminta asistennya untuk mendorong bayi saya dari arah perut bagian atas. Sepertinya baby saya dalam posisi yang agak sulit untuk dikeluarkan. Saya agak khawatir.
Tak selang berapa lama suara tangis bayi pecah, dokter mengankat bayi saya diperlihatkan ke saya..ini anaknya ya bu..Alhamdulilahhhh sehat, lengkap, berjenis kelamin laki-laki, pipinya chubby sekali, rambutnya lebat dan hitam sekali. Bayi saya langsung dipindahkan tangankan ke dokter anak yang ternyata seorang Profesor FK UI. Dokter anak tersebut melakukan standar normal membersihkan cairan air ketuban dari badan bayi..dan mencek kondisi fisik sepintas..setelah itu sustes membawa bayi saya untuk dilekatkan di dada saya…saya menangis haru…anak saya lucuuu sekaliiii …saya punya anak…
Selama ini saya selalu menggendong dengan penuh kasih sayang bayi bayi anak anak teman sahabat dan saudara saudara saya. Sekarang saya punya bayi sendiri yang bisa saya hujani kasih sayang saya sepanjang saya hidup. Allah benar benar maha besar, Maha baik dan bijaksana.
Setelah masa pemulihan dan saya sudah kembali ke kamar perawatan. Bayi kami harus menjalani masa observasi selama 6 jam.
Setelah 6 jam suster langsung membawa ke kamar kami, untuk dibantu menyusu…untuk pertama kalinya saya memandang wajahnya dengan lekat. dia putih bersih, jidatnya lebar seperti ayahnya, rabutnya lebat dan hitam sekali, bibirnya mungil merah.
Ketika suster megarahkan mulut kecilnya untuk mulai belajar menyusu, dia langsung bisa dengan sangat pandainya. Masya Allah….dan Allah memberikan kemudahan, detik itu juga ASI saya sudah keluar…Allah Maha besar…. Saya memeluknya dan tersenyum sambil bergumam dalam hati…At last I am hugging my Fabulous.
malam-malam berikutnya bayi kami tidur diruangan kami karena memang rumah sakit mempernolehan room-in. saya dan suami masih selalu merasa takjub. Setelah semua perjalanan kami mendapatkan pangeran kecil kami ini, kami hanya mampu terus bersyukur atas kasih sayang Allah, atas kemurahan Allah menjawab doa doa kerinduan kami akan hadirnya buah hati
kami sematkan nama Al Fatih Dzaky Ihtatho, berharap kelak engkau menjadi seorang pemimpin yang sholih, cerdas, gagah tegas dan berani berjuang di jalan Allah layaknya Muhammad Al Fatih.