Ujian atau Peringatan?

Bulan ini ada beberapa teman kantor yang pergi umroh. Jadi inget ada draft postingan tentang umroh yang belum aku selesaikan. Ini dia:

Kata orang, hal-hal tidak menyenangkan yang kita alami selama haji/umroh adalah balasan atas perbuatan kita sehari-hari. Misalkan ada seseorang yang kehilangan uang ketika haji/umroh, maka biasanya orang tersebut dalam kesehariannya kurang dalam memberikan zakat, infak atau shodaqoh. Kami juga mengalami hal-hal tidak menyenangkan selama umroh.

Mules

Malam itu aku dan bapak bangun malam untuk sholat malam di Masjid Nabawi. Jam 2 pagi kami sudah berangkat ke sana dengan niat supaya dapat sholat malam di Raudah. Ternyata jam 2 pun Raudah sudah ramai, aku pun mengurungkan niat untuk sholat di sana dan memilih di bagian depan masjid. Sementara bapak tetap berusaha masuk ke area Raudah. Alhamdulillah aku dapat sholat malam dengan cukup tenang. Aku bilang cukup tenang karena masih ada beberapa orang yang lalu lalang di depanku saat sedang sholat.

Masalah dimulai saat mulai sholat Shubuh. Baru di rakaat pertama saat membaca al Fathihah, tiba-tiba perutku terasa mulas. Padahal selama sholat malam tadi perutku fine-fine saja. Aku coba menahannya bahkan sambil sedikit membungkukkan badan. Keringat dingin pun mulai keluar dari tubuhku. Rasa mulas itu tidak berkurang sedikit pun. Aku sampai berdoa agar Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menyelesaikan sholat Shubuh berjamaah ini. Namun rupanya Allah berkehendak lain. Belum sampai rukuk di rakaat pertama, aku tak kuasa lagi membendungnya. Ada sesuatu yang keluar dari belakang, untungnya tidak bunyi dan bau. Perasaanku campur aduk, antara sedih karena tidak bisa menyelesaikan sholat dan bingung harus apa. Akhirnya aku memutuskan untuk berpura-pura meneruskan sholat (semoga Allah mengampuni kesalahanku). Setelah salam, aku langsung buru-buru keluar masjid untuk kembali ke hotel karena aku merasa tadi (maaf) BAB di celana. Karena aku tadi sholat di shaf depan, sementara aku keluar lewat pintu King Fadh (berlawanan dengan arah kiblat), perjalanan keluar masjid rasanya lamaaa banget. Rasa mulas pun muncul lagi. Akhirnya begitu keluar masjid, aku langsung lari ke toilet yang ada di basement. Plong rasanya… Setelah tuntas, aku cek CD-ku. Ternyata kering dan tidak bau. Aku pun kemudian langsung sholat Shubuh di pelataran masjid Nabawi di saat jamaah lain mulai keluar masjid.

Ketinggalan Tas 

Setelah 3 hari beribadah di Madinah, kami melanjutkan perjalanan ke Mekah tanggal 6 Juli 2012. Kami niat umroh di Bir Ali yang terletak sekitar 10 km dari Madinah. Sekitar jam 10 malam kami sampai di Mekah. Barang bawaan kami langsung dibawakan oleh porter ke depan kamar, sementara kami mengganjal perut dulu. Setelah makan, kami diberi waktu 30 menit untuk menuju kamar dan kemudian berkumpul di lobi untuk langsung menuju Masjidil Haram melaksanakan ritual umroh. Saat sampai kamar inilah Afny baru sadar kalau tas jinjingnya ketinggalan di bis. Tas itu sengaja aku taruh di luggage bin karena sudah banyak tas yang kami pangku. Begitu turun, kami berdua lupa tentang tas itu. Isinya adalah make up, buku, dan perlengkapan pribadi Afny yang sulit dicari gantinya di Mekah. Afny pun panik. Aku segera menelpon mas Syafi’i, pembimbing umroh kami, untuk menanyakan apakah bis masih di depan hotel. Sayangnya bis telah kembali ke pool nya sejak tadi. Aku minta tolong untuk meminta supir bis itu kembali lagi ke hotel tapi mas Syafi’i menolak karena letaknya cukup jauh dari hotel. Afny sempat memarahi mas Syafi’i yang akhirnya datang ke kamar kami. Untungnya dia cukup sabar dan menenangkan kami dengan berjanji untuk menelpon supir bis agar mengamankan tas kami.

Menyesal karena telah memarahi mas Syafi’i, Afny pun seger menyusulnya ke lobi dan meminta maaf atas kemarahannya tadi. Sekali lagi, untungnya mas Syafi’i orangnya sabar dan tidak terlihat sakit hari walau sudah dimarahi. (Dan Alhamdulillah, keesokan paginya mas Syafi’i membawakan tas kami dalam keadaan utuh)

Ibu Hilang !!!

Setelah tragedi tas ketinggalan, rombongan kami langsung menuju Masjidil Haram dengan berjalan kaki. Jarak dari hotel kami ke Masjidil Haram sekitar 300 m. Sepanjang jalan banyak hotel-hotel yang sedang direnovasi, akibatnya jalanan kotor dan berdebu. Tapi debu-debu itu terasa sirna begitu kami melihat Masjidil Haram. Hatiku dipenuhi oleh rasa bahagia karena dapat mendatangi Baitullah yang selama ini hanya aku lihat di atas kertas atau layar kaca. Begitu masuk masjid dan melihat Ka’bah, seketika aku merasa kecil. Bukan karena bangunan Ka’bah yang besar atau karena melihat jamaah dari negara lain yang badannya lebih besar, tapi karena begitu besarnya kuasa Allah untuk menggerakkan hati begitu banyak manusia untuk mendatangi Baitullah. Tidak lupa kami pun membaca doa melihat Ka’bah.

Ritual umroh pun kami laksanakan bersama-sama dengan dibimbing oleh mas Syafi’i. Selama tawaf, segala keinginan dan keluh kesah kami adukan kepada-Nya, satu-satunya tempat mengadu. Keinginan kami agar mendapatkan keturunan dan menjadi keluarga sakinah, mawaddah,warahhmah yang langgeng kami sampaikan di sana. Lega rasanya hati ini.

Ibadah pun kami teruskan dengan sa’i, berjalan diselingi lari-lari kecil antara Safa dan Marwa. Aku merasa malu dan tidak ada apa-apanya dengan Siti Hajar yang berlari bolak-balik antara Safa dan Marwa yang saat itu merupakan lahan terbuka. Sementara sekarang sudah beralaskan marmer yang dingin dan beratap. Itu pun masih dilengkapi dengan AC, kipas angin dan tempat minum zamzam.

Selesai tawaf, maka selesailah ibadah umroh kami. Alhamdulillah… Kami pun segera menuju tempat minum terdekat untuk menghilangkan dahaga. Aku dan Afny sengaja berjalan paling akhir, selain karena kaki Afny sakit juga untuk jadi tim penyapu siapa tahu ada rombongan yang ketinggalah. Dari kejauhan aku lihat mbak Nining dan Bapak, tapi Ibu tidak kelihatan. Ah, pasti Ibu juga bersama mereka pikirku. Setelah minum dan mengisi botol minum dengan zamzam, kami pun berjalan menuju pintu King Abdul Aziz, tempat pertama kami masuk Masjidil Haram dan meletakkan sandal. Sesekali kami juga berfoto dengan latar belakang Ka’bah. Belum sampai pintu tersebut, kami bertemu mbak Nining dan Bapak. Mereka bertanya apakah melihat Ibu. Ternyata mereka meninggalkan Ibu yang sedang mengisi botol minum, karena saat itu masih ada beberapa jamaah yang lain. Kami berempat pun kembali ke tempat minum tadi. Tapi nihil, Ibu tidak ada di sana. Aku langsung menghubungi mas Syafii, pembimbing kami. Ternyata dia sudah pulang karena dia ada keperluan lain sementara para jamaah masih ingin istirahat di masjid.

Akhirnya kami kembali ke pintu King Abdul Aziz dan bertanya ke jamaah yang memang menunggu kami. Tidak satupun dari mereka yang melihat Ibu, kecuali salah seorang bapak. Dia melihat seseorang yang mirip ibu berjalan keluar. Kami berempat segera keluar tanpa alas kaki sampai batas halaman masjid. Ibu tidak terlihat. Kami pun berbagi tugas, aku dan Afny mencari Ibu ke hotel sementara Bapak dan mbak Nining menyusuri masjid. Sepanjang jalan menuju hotel aku bilang ke Afny kalau kecil kemunginan Ibu kembali ke hotel sendirian, apalagi tanpa alas kaki. Belum lagi saat itu malam hari dan Ibu belum tentu hafal lokasi dan nama hotelnya. Sebenarnya tiap jamaah dibagikan kartu nama hotel. Tapi kartu milik Ibu dititipkan ke mbak Nining dengan alasan khawatir hilang. Afny tidak mempedulikan keluhanku dan tetap bersikukuh untuk menuju ke hotel. Begitu sampai pintu hotel terlihat Ibu tanpa alas kaki sedang berbicara dengan petugas resepsionis. Kami langsung menghambur memeluk Ibu. Afny sambil mengucurkan air mata meminta maaf pada Ibu. Dengan tenang dan tanpa air mata, Ibu menenangkan Afny bahwa semua bukan kesalahan kami. Aku segera menelpon mbak Nining untuk mengabari bahwa Ibu sudah kami temukan.

Ternyata waktu Ibu mengisi botol minum, mbak Nining dan Bapak izin duluan untuk mengambil sandal. Waktu itu memang masih ada beberapa jamaah. Tapi setelah selesai mengisi air, Ibu tidak melihat satupun jamaah termasuk kami. Kami pun tidak melihat Ibu padahal kami berjalan paling akhir. Akhirnya Ibu berjalan menuju pintu King Abdul Aziz sambil berharap bertemu dengan rombongan. Bahkan Ibu beberapa kali berhenti dan memutar tubuh dengan harapan ada jamaah yang melihat mukenah Ibu yang eye catching. Akhirnya Ibu pun memutuskan untuk berjalan menuju hotel.

Kaki Bapak Sakit

Tanggal 9 Juli 2012, kami melakukan umroh yang kedua. Kami mengambil niat dari Ji’ronah, setelah sebelumnya ziarah ke Jabal Tsur & Jabal Rahmah. Umroh kami mulai setelah sholat dhuhur. Kebayang kan panasnya. Kami berdua sengaja memisahkan diri dan berjalan  di belakang rombongan supaya bisa lebih khusuk, sekaligus mengawasi kalau-kalau Ibu terpisah dari rombongan lagi.

Sejak tawaf Bapak sudah mulai terpincang-pincang jalannya. Memang sejak beberapa bulan sebelum umroh, Bapak mengeluhkan kaki kirinya yang sakit. Sudah berobat kesana kemari tapi belum juga sembuh. Sehari sebelumnya ternyata Bapak melakukan tawaf setelah sholat. Niatnya sekalian menguji apakah kakinya masih kuat untuk umroh esok harinya. Tapi hasilnya setelah umroh Bapak jadi tidak kuat jalan lagi. Awalnya Bapak ingin istirahat di masjid sambil menunggu Ashar dan menyuruh kami untuk duluan saja kembali ke hotel. Tapi kami tidak tega membiarkan Bapak sendirian di masjid dengan kaki sakit, tanpa makanan dan masih menggunakan kain Ihram. Akhirnya kami menuntun Bapak untuk kembali ke hotel. Hari itu Bapak sholat Ashar di hotel saja.

Dari kami berlima, hanya mbak Nining saja yang tidak mengalami kejadian tidak menyenangkan selama umroh. Terlepas dari apakah hal-hal di atas merupakan ujian atau peringatan bagi kami, yang jelas itu adalah pengalaman yang tidak akan kami lupakan.

Welcoming Madinah

“ibu –ibu, bapak bapak, kita akan segera memasuki kota Madinah, marilah kita siapkan hati kita untuk menapaki jejak-jejak Rasulullah SAW yang telah menyampaikan Islam dengan segenap perjuangan dan pengorbanannya, sehingga detik ini kita semua bisa merasakan nikmatnya Iman, nikmatnya Islam.”
Suara Mas Syafii, Umrah Guide kami membangunkanku dari tidur yang tidak nyenyak selama perjalanan dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah menuju Madinah. Alhamdulillah, hari ini aku tergabung dalam rombongan Umrah yang Insya Allah akan berada di Madinah dan Mekkah selama 9 hari.
“Madinah adalah nama kota yang digunakan Rasulullah untuk menggantikan nama Yastrib (nama kota Madinah sebelumnya). Kota ini merupakan salah satu dari dua kota utama dimana Rasululluah mensyiarkan wahyu Allah, agama Islam. Setelah Rasulullah berdakwah di Mekkah selama 10 tahun, turunlahperintah Allah untuk berhijrah ke Madinah. Saat awal hijarh kekota Madinah, Rasulullah dan para sahabat singgah di Masjid Quba yg ada di sebelah kanan kita ini.” Papar Mas Syafii menjelaskan bangunan masjid bersejarah yang tampak dari balik jendela bis yang kutumpangi.

Rasululllah kemudian membangun masjid Nabawi yang kemudian menjadi pusat Dakwah di Madinah.
Saat memasuki kawasan Madinah, Mas Syafii mengajak kami untuk melantunkan shalawat bersama sama
“Shalatullah Shallamullah, Ala Yasin Habibilah, Shalatullah Shalamullah, Ala Thoha Rasulillah”
Seketika basah hati ini, tak kuasa aku bendung air mata yg sedari tadi mmg sudah menupuk di pelupuk mata menahan rasa haru. Aku sungguh berbahagia mendatangi kota ini, seakanakan kerinduan akan kekasih Allah, Rasulullah SAW terobati.
Terbayang dalam ingatan bagaimana perjuanangan Rasulullah memperjuangkan agama ini. Dicacimaki, di anggap gila, dituduh sebagai tukang sihir dan sebagainya. Dan beliau tetap lembut pada orang orang yg membencinya..Subhanallah.
Sungguh kukagumi bagaimana Allah telah mentakdirkannya mengawal terbentuknya generasi KhulafaurRoshydin yg kemudian memegang tongkat estafet untuk menyebarkan ajaran Islam hingga saat ini telah begitu luas tersebar diseluruh penjuru dunia.
Bibir dan hati ini tak henti mengucap takbir , Allahu Akbar, tasbih, Subhanallah… Aku masih seakan bermimpi mendapatkan semua karunia ini. Aku menjadi tamu Allah, aku diberikan kenikmatan takterkira untuk berkunjung langsung menapaki jejak perjuangan Rasulku dan parasahabatnya. Sungguh syukur takterkira kupanjatkan hingga serayaberdoa:
“Ya Allah tetapkanlah hati inidalam Islam, Jadikan hamba istiqomah dijalan kebaikan dan kebenaran. Jadikan hamba dan suami bagiandari barisan dakwah yang tidak pernah mati hingga Yaumul Akhir, menebar banyak kemanfaatan untuk sekitar. Ya Allah karuniakan kami anak2 yg sholih dan sholihah.”
Robbana atina fiddunya hasanah wafilakhiroti hasanah waqina ‘adzabannar

Hal Baik di Tempat & Waktu yang Baik

Sebagian masyarakat Indonesia mempercayai adanya hari baik yang biasanya dipakai untuk menentukan tanggal pernikahan. Rumusnya memakai kombinasi antara hari lahir kedua mempelai atau yang biasa disebut weton.

Islam juga mengenal adanya hari baik. Selain hari-hari besar seperti hari-hari di bulan ramadhan termasuk lailatul qadr, 1 muharram,  ada juga hari-hari dalam setiap minggunya yang mempunyai kelebihan dibanding hari lainnya. Hari senin merupakan hari kelahiran Rasulullah, hari kamis merupakan hari dirangkumnya catatan aktifitas kita selama seminggu oleh malaikat. Pada hari-hari tersebut kita disunnahkan untuk berpuasa, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Hari Jumat merupakan hari dimana nabi Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga dan juga hari dikeluarkan dari surga. Pada hari itu kita juga melakukan shalat Jumat. Amalan baik pada hari-hari tersebut akan dilipatgandakan.

Selain hari baik, ada juga tempat-tempat yang memiliki kelebihan dibandingkan tempat lainnya. Masjidil Haram & masjid Nabawi adalah diantaranya. Shalat di Masjidil Haram sama dengan pahala 100.000x shalat di masjid lain, sementara shalat di masjid Nabawi akan mendapatkan 10.000x.

Selama umroh aku sering menyaksikan orang-orang melakukan hal-hal baik pada waktu & tempat-tempat tersebut. Di kedua masjid tersebut banyak terdapat galon-galon air zamzam yang biasanya ditaruh di dekat tempat sandal, tiang dan tempat quran. Gelasnya juga sudah disediakan. Di sisi kanan adalah gelas baru dan di sisi kiri adalah gelas yang sudah dipakai. Pada siang hari terkadang ada orang yang mengisi beberapa gelas kemudian berkeliling masjid untuk membagikannya. Mereka juga akan memungut gelas yang sudah dipakai walaupun sebenarnya sudah ada petugas masjid yang berkeliling untuk mengumpulkan sampah. Di sekitar kabah pada siang hari juga sering ada orang yang berdiri sambil membagikan air zamzam bagi jamaah yang sedang tawaf.


Pada hari Senin dan Kamis, menjelang waktu maghrib beberapa orang juga membagi-bagikan kurma, roti dan zamzam. Aku menyaksikan seorang kakek dibantu anak kecil yang mungkin cucunya menggelar plastik untuk alas makanan tersebut. Setelah selesai mereka akan segera merapikannya agar bisa dipakai sholat maghrib.


Aku juga pernah mengalami hal baik dari jamaah yang tidak aku kenal. Pada suatu sore waktu mengunggu maghrib di pelataran kabah, di sebelah kiriku ada orang kulit hitam & di kananku orang Turki. Waktu itu aku sedang kena flu & hidungku mampet. Saat sholat aku sering menarik napas supaya (maaf) ingusku tidak jatuh. Sroot…sroot…sroot…sepertinya itu mengganggu jamaah di sebelahku. Setelah salam kontan keduanya memberiku tisu, bahkan jamaah di sebelah kananku yang awalnya hanya memberi selembar tisu akhirnya menberikan satu bungkus tisunya.


Waktu S2 di Malaysia, aku juga merasakan masyarakat Malaysia juga terbiasa dengan hari-hari baik tersebut, terutama hari Jumat. Beberapa student yang aku ajar terkadang menggunakan alasan hari Jumat sebagai hari baik untuk meminta nilai lebih atas hasil ujiannya. “Ayolah sir,ini kan hari baik. Bagilah nilai lebih”. Aku pun memanfaatkan hal ini. Supervisorku adalah orang melayu. Beliau terkenal sebagai supervisor yang ‘killer’. Standarnya tinggi dan sering marah kalau student bimbingannya tidak memenuhi itu. Awalnya aku sering menghadap beliau setiap Senin sore untuk melaporkan progress seminggu terakhir. Wah bawaannya marah-marah terus. Bener juga kata orang “I hate Monday”. Akhirnya aku memutuskan untuk menghadap tiap Jumat pagi. Selain hari baik,pagi hari biasanya mood orang masih bagus. Dan taktikku berhasil. Aku tidak pernah lagi dimarahi kalau menghadap supervisorku hari Jumat 😀

Setiap Saat Bagaikan Jumat

Ceramah di Indonesia seringkali menyindir tentang kondisi masjid yang besar & megah tapi minim jamaah, apalagi waktu shubuh. Seringkali hanya saat shalat jumat atau malam pertama ramadhan masjid kita akan superpenuh, selebihnya ya 2 shaf pun sudah bagus.

Tapi itu tidak terjadi di Masjidil Haram & masjid Nabawi. Setiap saat selalu penuh sesak dengan jamaah, bahkan masjid sudah ramai jauh sebelum masuk waktu sholat. Ini termasuk untuk sholat shubuh juga lho. Sekitar 2 jam sebelum waktu shubuh, jamaah mulai berdatangan. Mereka biasanya shalat malam sambil menunggu shubuh.


Gambaran sholat malam yang biasanya dilakukan di suasana tenang saat orang lain tertidur, jadi tidak sesuai. Untuk mendapatkan shaf terdepan pun susah. Saat sholat seringkali banyak orang lalu lalang di depan kita. Beberapa kali kepalaku tertendang jamaah yang lewat sampai kupluk ku lepas.

Bukan cuma tentang jamaahnya, situasi setelah sholat juga mirip setelah jumatan. Hampir setiap setelah sholat fardhu selalu dilaksanakan shalat ghaib. Kata pemandu umrohku sih setiap hari selalu ada orang yang meninggal di sini. Nah karena ga ngerti yang meninggal itu laki-laki atau perempuan, aku menggunakan ‘hum'(jamak), bukan ‘hu'(dia laki-laki) atau ‘ha'(dia perempuan) pada doa setelah takbir ketiga. Wallahua’lam…

Setelah sholat, di sekitar masjid buanyak banget orang yang jualan mulai dari pakaian, kurma, parfum, siwak sampai mainan. Tapi ga ada pedagang kaki lima yang jual makanan semacem batagor atau siomay. Dan sama kaya di Indonesia, ada juga pedagang-pedagang liar yang jualan bukan pada tempatnya. Secara rutin ada petugas ‘tramtib/satpol PP’ yang menertibkan para pedagang itu.


Dari semua kemiripan di atas,ada satu hal yang paling beda antara kondisi di sini dengan di Indonesia. Di sini,para pedagang menghentikan semua aktifitasnya beberapa saat sebelum sholat. Ini yang perlu dicontoh oleh para pedagang dan juga pembeli kita.

Wibadah

Ritual umroh jauh lebih sederhana dibandingkan haji. Cukup dengan ihram (memakai pakaian ihram dan niat), tawaf, sa’i dan tahalul. Itu aja. Satu hari pun cukup sebenarnya. Tapi kan sayang kalau tinggal di tanah Arab cuma 1 hari, sementara  perjalanan lewat udaranya aja perlu 9 jam. Makanya travel agent biasanya bikin paket ibadah umroh plus wisata, atau aku sebut dengan wibadah, wisata (rohani dan kuliner) dan ibadah.

Ibadah

Paket umroh kami adalah paket 9 hari termasuk perjalanan, dengan tujuan Jedah, Madinah dan Mekah. Ini paket yang paling minimal. Ada juga yang sampai 14 hari, termasuk mengunjungi negara-negara lain seperti Jordania, Mesir, Turki atau Palestina. Kami menghabiskan waktu 3 hari di Madinah, 3 hari di Mekah dan 1 hari di Jedah. Di Jedah kami tidak menginap, cuma numpang lewat & belanja.

Madinah merupakan kota tempat Rasulullah menyebarkan agama Islam secara terbuka, setelah 13 tahun sebelumnya berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah. Di sana ada masjid Nabawi dan masjid Quba. Masjid Nabawi merupakan masjid yang dibangun Rasulullah di samping rumahnya yang kemudian menjadi basis dakwah Rasulullah. Sholat di masjid Nabawi akan mendapat 1000x lipat pahala dibandingkan sholat di masjid lain. Selain itu di masjid Nabawi juga terdapat tempat yang mustajab untuk berdoa, yaitu Raudah. Raudah merupakan merupakan tempat antara mimbar yang dipakai Rasulullah untuk berkhutbah dengan rumahnya (yang sekarang menjadi makam beliau).Tempat ini menjadi favorit bagi jamaah untuk melaksanakan sholat. Bagi yang ingin lama & tenang berdoa di Raudah, cobalah datang sekitar jam 2 malam. Kondisinya relatif sepi dibanding waktu lainnya.

Di sisi timur masjid Nabawi terdapat pemakaman Baqi. Utsman bin Affan, Siti Aisyah dan beberapa sahabat dimakamkan di sana. Rasulullah sering berziarah dan mendoakan para sahabat yang dimakamkan di sana. Tidak ada penanda yang bertuliskan nama para jenazah, hanya onggokan batu sebagai nisannya. Menurut keterangan salah satu petugas di sana yang ternyata orang Yogyakarta, makam di sana tidak permanen. Setelah 40 hari atau tubuh jenazah tinggal tulang, maka liangnya dapat diisi oleh jenazah lainnya.

Masjid Quba merupakan masjid yang dibangun Rasulullah saat tiba di Yatsrib (Madinah) saat hijrah dari Mekah. Sholat sunnah 2 rakaat di masjid ini akan mendapat pahala sama dengan melakukan umroh. Rasulullah bahkan setiap sabtu mengunjungi masjid ini dengan berjalan kaki atau menaiki unta dan melakukan sholat  2 rakaat.

Di Mekah, ibadah kita tentunya terpusat di Masjidil Haram di mana Kabah sebagai pusat kiblat. Shalat di Masjidil Haram pahalanya 100.000 x dibandingkan sholat di masjid lainnya. Ga heran kalo jamaahnya sangat membludak, apalagi musim liburan kaya gini. Kalau ingin sholat fardhu berjamaah di pelataran dekat kabah, coba untuk ikut masuk dalam barisan orang tawaf beberapa menit sebelum adzan. Ketika adzan, segera cari tempat sedekat mungkin dengan kabah dan berdiri di sana. Supaya tidak terseret jamaah yang masih tawaf, kaitkan tangan Anda dengan jamaah di sebelah.

Wisata

Selain memperbanyak ibadah di Masjidil Haram dan masjid Nabawi, kami juga wisata ke beberapa tempat di Madinah, Mekah dan Jeddah. Di Madinah, setelah sholat di masjid Quba kami mengunjungi Jabal Uhud. Bukit ini merupakan saksi gugurnya para syuhada dalam perang Uhud termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Para syuhada tersebut dimakamkan di dekat lokasi perang.

Setelah itu kami menuju Kebun Kurma, sebuah pusat oleh-oleh kalau di Indonesia. Di sana dijual berbagai macam oleh-oleh seperti kurma, coklat, kacang, madu, teh, parfum, dll. Asyiknya lagi kita bisa gratis mencicipi segala makanan di sana 🙂 Koleksi makanannya lengkap, tapi harganya relatif lebih mahal dibandingkan toko-toko kecil di Madinah ataupun Mekah. Mungkin ini subsidi silang dari yang beli dan yang cuma ngicipin. Jadi Anda tinggal pilih,mau jadi yang beli atau yang ngicip.

Wisata kami di kota Mekah diawali dengan mendatangi Jabal Tsur, sebuah bukit tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy saat Hijrah dari Mekah ke Madinah. Setelah itu kami menuju Jabal Rahmah, tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah ratusan tahun berpisah sejak dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke dunia. Jabal Rahmah sendiri artinya bukit kasih sayang. Makanya banyak pasangan yang berfoto di sini termasuk yang satu ini.

Di Jabal Rahmah banyak orang yang menawarkan jasa naik unta dan foto bersamanya. Bayar tentunya. Tapi kalau kita motret pakai kamera sendiri ya gratis. Buat yang pengen eksis, ada juga yang menyewakan spidol untuk nulis di batu Jabal Rahmah “I was here”,although it is forbidden actually.

Di Jedah tidak ada tempat bersejarah sebenarnya. Kota ini hanya sebuah kota yang telah maju. Kami diajak ke daerah pertokoan di sana. Ada toko yang namanya Ali Murah. Kalau Kebun Kurma lebih banyak jualan makanan, Ali Murah lebih banyak berjualan pakaian,parfum & aksesoris. Walaupun namanya Ali Murah, harganya ga murah juga ternyata. Di sebelahnya ada toko Gani Murah yang harganya memang lebih murah. Di dekatnya juga ada warung baso Mang Udin. Dengan 10 real kita dapet semangkok baso yang isinya 5 butir baso gede. Rasanya enak,cukup mengobati rasa kangen akan masakan nusantara.

Sebelum menuju airport King Abdul Aziz untuk pulang ke tanah air, kami sholat dhuhur di Masjid Terapung. Nothing special about this mosque actually. It just a mosque next to the beach, mirip masjid di Ternate (atau mungkin ada masjid lain di Indonesia yang mirip ini).

Tips belanja

Buat yang mau belanja gamis dan sajadah,sebaiknya beli di Madinah. Barangnya lebih bagus-bagus ketimbang di Mekah. Harga parfum juga lebih murah di Madinah. Harga parfum 100ml di Madinah cuma 5 real, sementara di Mekah 10 real. Kalau kurma, bisa dibeli di  Mekah atau Madinah tinggal pilih tempat belinya aja. Harga pernak-pernik kaya kalung, gelang, gantungan kunci ga terlalu beda antara di Mekah dan Madinah.

Selamat berwibadah 🙂

Umroh

Sudah sejak tahun kemarin kami berdua merencanakan umroh bersama orang tua, mumpung waktu mereka sudah luang (alias sudah pensiun) dan masih sehat.Mama (nya Afny) akhirnya nggak ikut karena baru aja pulang haji.Bapak & Ibu (ku) setuju ikut dan kakak perempuanku,mbak Nining juga ikut.Karena mbak Nining adalah guru,maka waktu umroh pun menyesuaikan dengan libur sekolah,yaitu Juni-Juli.Akhirnya kami berlima pergi umroh tanggal 4-12 Juli 2012.

Masing-masing dari kami mempunyai doa khusus masing-masing.Bapak & Ibu di usia pensiunnya mengharapkan kesehatan & kemudahan dalam menjalankan ibadah.Kami berdua yang hampir 3 tahun menikah,berharap segera diberikan keturunan.Sementara mbak Nining berdoa agar segera bertemu & menikah dengan jodohnya.

Beragam pengalaman kami alami mulai dari yang menyenangkan hingga yang tidak menyenangkan.Semuanya akan kami tulis di blog ini sebagai sebuah catatan perjalanan hidup kami.Selamat membaca 🙂

 

Ramadhan, Terlalu Berharga untuk Disiakan

Kawan, ini ada sepenggal tulisan menarik yang kukutip sepenuhnya dari eramuslim.com
semoga bisa menyemangati kita di awal ramadhan ini

Sahabat, seperti yang pernah kita ceritakan sebelumnya, bahwa kita sangaaat jarang menghitung betapa berharganya waktu kita kecuali jika berada di atas taxi. Ya, sebab sebanyak waktu yang kita habiskan, akan dihargai dengan sekian rupiah. Maka, memang tak perlu heran jika kita tak ingin membuang-buang waktu dengan muter-muter dulu kecuali karena aturan jalan yang membuat demikian. Tapi, diwaktu-waktu yang lain, kita (terutama diriku sendiri) amat sangat jarang menghargai waktu kita.

Dan kini, tamu agung itu telah datang. Tamu yang begitu mulia. Alangkah meruginya, jika kita melewati Ramadhan mulia dengan segala kesia-siaan. Sungguh, betapa berharganya setiap waktu yang kita punya saat ini. Di mana Allah membentangkan sluas-luasnya keampunan dan ganjaran amal yang dilipat gandakan berkali-kali…

Ah, sahabat… Jika kita adalah seorang pedagang, maka pastilah kita akan mengeluarkan apapun yang bisa keluarkan, menjual apapun yang kita jual ketika kita mendapati di suatu masa segala-galanya dihargai berpuluh kali lipat. Jika biasanya kita menjual satu butir telur dengan harga seribu rupiah, maka ketika ada masa di mana kita dapat menjualnya dengan harga tujuh puluh ribu rupiah, bukankah kita akan bergegas untuk menjual apapun, dan bukankah yang terbayang dipelupuk mata kita adalah keuntungan yang berlipat-lipat? Dan, ada pula masa di mana seluruh hutang dan kesalahan kita dibebaskan… Bukankah kita dengan segera mengambil kesempatan ini?

Sungguh, Ramadhan menyediakan jauuh lebih banyak dari itu. Ganjaran yang berlipat-lipat dari setiap amalan yang kita lakukan. Selain itu, Dia juga membentangkan segenap keampuan atas segala dosa-dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu…. Masya Allah… Betapa menggiurkannya. Dan bukankah ini adalah kesempatan yang setiap detiknya sangat merugi untuk disia-siakan. Jika keuntungan di dunia saja kita sudah begitu keras mengejarnya, apalagi keuntungan untuk hari kita setelah dunia yang lebih abadi. Hari di mana nasib kita ditentukan pada kebahagiaan yang tak berkesudahankah, ataukah kesengsaraan yang tak berujung? Na’udzubillaah jika keadaan kedua yang menjadi nasib kita nantinya…

Aahh, sahabat. Sungguh, Ramadhan mulia adalah hadiah yang agung dari Allah yang teramat sangat berharga untuk kita sia-siakan. Waktu-waktu yang terlalu berharga untuk kita habiskan hanya dengan tidur-tiduran, hanya dengan fesbukan, hanya dengan berlalai di depan televisi, hanya dengan SMS-SMS gokil, hanya dengan mendengarkan music-musik yang melalaikan, hanya dengan kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Ah, bukan berarti tidak boleh tidur, atau online, SMS, atau menonton. Akan tetapi, selama ada kemanfaatan yang bisa kita peroleh darinya, itu tentulah tidak mengapa. Akan tetapi, kesempatan ini amatlah sangat berharga untuk kita sia-siakan… Dan belum tentu kita memiliki kesempatan yang sama di tahun yang akan datang. Siapakah yang dapat menjamin umur kita akan sampai pada masa ke depan?

Sungguh, betapa celakanya ketika Allah melebarkan bentangan keampunan yang seluas-luasnya, namun ketika kita kluar dari Ramadhan, kita tak mendapatkan keampunan. Sungguh, betapa celakanya ketika ganjaran amalan berlipat ganda, namun tak satu pun amalan kita yang berarti di hadapan-Nya. Betapa celakanya, ketika kita ber-Ramadhan, tapi hanya haus, lapar dan lelah saja yang kita dapatkan. Betapa amat sangat meruginya…

Sahabat… Mari kita berdo’a pada Allah, agar amalan-amalan kita diterima-Nya. Mari kita manfaatkan waktu yang teramat berharga ini dengan amalan yang hanya mengharap pahala-Nya saja. Mengharap Ridho-Nya saja… Mari kita saling mengingatkan ketika salah satu di antara saudara kita, ketika aku, ketika dia, dan ketika ada yang sedang lalai dan tersalah.Mari kita berlomba-lomba dalam menciptakan prestasi-prestasi kebajikan. Sahabat, tentu engkau mau bukan?