11 dan 23

Lebaran tahun ini kami mudik ke Pacitan, kota kecil yang tenang di selatan Jawa Timur. Kami naik pesawat dari Jakarta ke Yogya trus dilanjutin naik travel. Perjalanan dari Yogya ke Pacitan sekitar 3jam, ngelewati daerah Gunung Kidul yang gersang & jalan yg berliku. Kami pake travel Aneka, ongkos travelnya 60rb per pax.

Kami nyampe Pacitan hari ke-28 ramadhan. Waktu itu perkiraan banyak orang puasa tahun ini cuma 29 hari, jadi malem itu adalah malem terakhir tarawih. (semalem pemerintah ngumumin puasa tahun ini 30hari). Kami sholat tarawih di masjid agung Pacitan, jaraknya cuma walking distance dari rumah eyangnya Afny. Seperti biasa, setelah rakaat ke-8 tarawih, aku mundur trus ngelanjutin sholat witir sendirian. Ada beberapa jamaah lain juga yg mundur dari jamaah. Abis itu aku nunggu Afny di luar. Ga lama setelah itu kok banyak jamaah yang pada keluar. Ooo…berarti di masjid ini tarawihnya 8 rakaat pikirku. Trus aku nengok ke dalam masjid sambil nyari Afny. Lho…di dalem kok masih ada beberapa jamaah yg shalat tarawih jamaah. Ternyata masjid ini memfasilitasi jamaah yg sholat tarawihnya 8 & 20 rakaat. Jadi buat yg 20 rakaat, mereka mundur setelah tarawih rakaat ke-8, nunggu jamaah yg tarawihnya 8 rakaat selesai sholat witir. Abis itu mereka berjamaah ngelanjutin tarawihnya. Aku baru tau ada masjid kaya gini.

Perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaan ibadah dalam islam banyak terjadi. Seringkali ini jadi bahan debat yg berkepanjangan & tanpa solusi. Solusi yg diambil masjid agung Pacitan perlu dicontoh masjid lain. Jamaah yg berbeda jumlah rakaat tarawihnya bisa terfasilitasi untuk mendapatkan keutamaan sholat tarawih berjamaah di masjid selama bulan ramadhan.

Nyundul bokong

Di (awal-awal) bulan Ramadhan ini, masjid-masjid jadi rame dikunjungi jamaahnya. Terutama pas tarawih malem pertama, jamaah masjid membludak bahkan lebih rame daripada pas jumatan. Supaya jamaah bisa tertampung, jarak antar makmum dan sebelahnya jadi lebih rapet waktu sholat. Ini bagus,sesuai dengan tuntunan sholat berjamaah yaitu shaf yang lurus & rapat.

Supaya shaf lurus & rapat, lantai masjid biasanya dilapisi karpet atau sajadah yang ada garis shaf-nya. Ada juga yang desain lantainya sendiri udah ada garis shafnya. Nah masalahnya..di mayoritas masjid di Indonesia jarak antar garis shaf ini terlalu rapat,sekitar 1 meter. Akibatnya pas bangun dari sujud & berdiri, kepalaku kadang nyundul bokong jamaah di depanku. Apalagi kalau jamaah di depanku berdirinya di belakang garis shaf (mungkin dia juga pengen menghindari nyundul bokong jamaah di depannya), aku harus nunggu dia untuk berdiri dulu baru aku nyusul berdiri. Parahnya lagi kalau dia pake sarung, aku harus mastiin bener-bener kalo dia udah berdiri, kalo engga bisa-bisa kepalaku masuk di balik sarung dia.

Menurutku ada beberapa kategori pengaturan shaf di masjid yang baik:
1. Jarak antar shaf minimal 120cm, biar nyaman waktu sujud
2. Lebar sajadah jangan sampe membuat seorang jamaah dengan jamaah di sebelahnya ga rapet,50cm udah cukup.
3. Jangan dikasih corak-corak yang malah bikin sholat gak khusuk.

Tapi kalo denger cerita jamaah haji, sholat di masjidil haram juga desek-desekan. Seringkali jarak antar shaf terlalu rapet. Pada akhirnya memang kekhusukan sholat tergantung hati kita, ga hanya karena jarak antar shaf yang baik. Wallahua’lam

hiks…hiks…

Bukan…aku bukan lagi nangis,apalagi nyanyi. Aku lagi cegukan atau bahasa inggrisnya hiccups. Awalnya jumat 2 minggu kemaren aku berobat gara2 tenggorokanku ga enak plus agak2 batuk & pilek. Dokter nanyain apakah aku alergi ama obat tertentu. Aku ceritain kalo akhir tahun kemaren aku pernah flu & dikasih obat trus jadi cegukan ga brenti2. Aku pun dikasih obat radang,batuk,pilek & antibiotik. Hari itu aku makan semua obat itu.

Sabtu paginya aku mulai cegukan & ga brenti2. Aku coba minum air banyak,masih cegukan. Aku coba tahan nafas..3detik..5detik..10detik..hiks..tetep cegukan. Pernah baca di internet salah satu cara nyembuhin cegukan adalah naruh gula pasir di bawah lidah. Iya,di bawah lidah. Eh beneran ternyata cegukanku brenti..1menit..5menit..7menit..10menit..hiks..ternyata cuma bertahan 10menit. Akhirnya pagi itu aku berobat. Dokternya beda sama yg ngasih aku obat radang. Dia pendiem banget, ga banyak ngasih penjelasan. Malah aku sendiri yg nanya obat apa aja yg aku terusin & yg aku stop. Obat pilek & batuk ga perlu diterusin. Aku dikasih obat2 anti kembung, tapi ga ampuh. Cegukanku masih ga brenti2. Simptompnya kalo perutku kosong aku langsung cegukan. So aku makan pisang beberapa jam setelah makan,biar perutku ga kosong. Alhamdulillah lumayan membantu but not last 😦 sampe malem aku masih cegukan. Abis makan malem aku minum susu, karena aku pikir perutku kan asam lambungnya lagi bermasalah so aku kasih susu deh yang bersifat basa. Cara ini juga lumayan membantu but still not last.

Hari minggu aku mutusin untuk berobat lagi karena senin dah puasa. Pas puasa perut kan kosong nah aku khawatir cegukanku makin menjadi. Dokternya beda ama 2 dokter sebelumnya, yang ini sangat komunikatif. Dia ga sekedar ngasih obat, tapi ngasih penjelasan juga. Dia juga nanya apa aja yang aku makan sebelum mulai cegukan. Beberapa hari sebelum cegukan aku sering minum teh panas & sepertinya itu penyebabnya. Dokter juga ga nyaranin minum air panas, ga bagus buat radang. Kalo mau minum air anget yang mendekati adem. At the end aku dikasih obat anti cegukan yang dosisnya sehari 1x,supaya bisa diminum pas puasa. Hari itu aku minum obat anti cegukan itu.

Malem itu abis tarawih cegukanku kambuh lagi. Minum susu & makan pisang juga ga membantu. Aku biarin aja sampe ketiduran. Pas sahur cegukanku dah brenti. Imsyak..subuh..berangkat ke kantor..dhuhur..ashar..maghrib..alhamdulillah sampe buka puasa cegukanku ga kambuh lagi. Sejak saat itu aku ngurangin minum teh ama kopi.

Ramadhan, Terlalu Berharga untuk Disiakan

Kawan, ini ada sepenggal tulisan menarik yang kukutip sepenuhnya dari eramuslim.com
semoga bisa menyemangati kita di awal ramadhan ini

Sahabat, seperti yang pernah kita ceritakan sebelumnya, bahwa kita sangaaat jarang menghitung betapa berharganya waktu kita kecuali jika berada di atas taxi. Ya, sebab sebanyak waktu yang kita habiskan, akan dihargai dengan sekian rupiah. Maka, memang tak perlu heran jika kita tak ingin membuang-buang waktu dengan muter-muter dulu kecuali karena aturan jalan yang membuat demikian. Tapi, diwaktu-waktu yang lain, kita (terutama diriku sendiri) amat sangat jarang menghargai waktu kita.

Dan kini, tamu agung itu telah datang. Tamu yang begitu mulia. Alangkah meruginya, jika kita melewati Ramadhan mulia dengan segala kesia-siaan. Sungguh, betapa berharganya setiap waktu yang kita punya saat ini. Di mana Allah membentangkan sluas-luasnya keampunan dan ganjaran amal yang dilipat gandakan berkali-kali…

Ah, sahabat… Jika kita adalah seorang pedagang, maka pastilah kita akan mengeluarkan apapun yang bisa keluarkan, menjual apapun yang kita jual ketika kita mendapati di suatu masa segala-galanya dihargai berpuluh kali lipat. Jika biasanya kita menjual satu butir telur dengan harga seribu rupiah, maka ketika ada masa di mana kita dapat menjualnya dengan harga tujuh puluh ribu rupiah, bukankah kita akan bergegas untuk menjual apapun, dan bukankah yang terbayang dipelupuk mata kita adalah keuntungan yang berlipat-lipat? Dan, ada pula masa di mana seluruh hutang dan kesalahan kita dibebaskan… Bukankah kita dengan segera mengambil kesempatan ini?

Sungguh, Ramadhan menyediakan jauuh lebih banyak dari itu. Ganjaran yang berlipat-lipat dari setiap amalan yang kita lakukan. Selain itu, Dia juga membentangkan segenap keampuan atas segala dosa-dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu…. Masya Allah… Betapa menggiurkannya. Dan bukankah ini adalah kesempatan yang setiap detiknya sangat merugi untuk disia-siakan. Jika keuntungan di dunia saja kita sudah begitu keras mengejarnya, apalagi keuntungan untuk hari kita setelah dunia yang lebih abadi. Hari di mana nasib kita ditentukan pada kebahagiaan yang tak berkesudahankah, ataukah kesengsaraan yang tak berujung? Na’udzubillaah jika keadaan kedua yang menjadi nasib kita nantinya…

Aahh, sahabat. Sungguh, Ramadhan mulia adalah hadiah yang agung dari Allah yang teramat sangat berharga untuk kita sia-siakan. Waktu-waktu yang terlalu berharga untuk kita habiskan hanya dengan tidur-tiduran, hanya dengan fesbukan, hanya dengan berlalai di depan televisi, hanya dengan SMS-SMS gokil, hanya dengan mendengarkan music-musik yang melalaikan, hanya dengan kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Ah, bukan berarti tidak boleh tidur, atau online, SMS, atau menonton. Akan tetapi, selama ada kemanfaatan yang bisa kita peroleh darinya, itu tentulah tidak mengapa. Akan tetapi, kesempatan ini amatlah sangat berharga untuk kita sia-siakan… Dan belum tentu kita memiliki kesempatan yang sama di tahun yang akan datang. Siapakah yang dapat menjamin umur kita akan sampai pada masa ke depan?

Sungguh, betapa celakanya ketika Allah melebarkan bentangan keampunan yang seluas-luasnya, namun ketika kita kluar dari Ramadhan, kita tak mendapatkan keampunan. Sungguh, betapa celakanya ketika ganjaran amalan berlipat ganda, namun tak satu pun amalan kita yang berarti di hadapan-Nya. Betapa celakanya, ketika kita ber-Ramadhan, tapi hanya haus, lapar dan lelah saja yang kita dapatkan. Betapa amat sangat meruginya…

Sahabat… Mari kita berdo’a pada Allah, agar amalan-amalan kita diterima-Nya. Mari kita manfaatkan waktu yang teramat berharga ini dengan amalan yang hanya mengharap pahala-Nya saja. Mengharap Ridho-Nya saja… Mari kita saling mengingatkan ketika salah satu di antara saudara kita, ketika aku, ketika dia, dan ketika ada yang sedang lalai dan tersalah.Mari kita berlomba-lomba dalam menciptakan prestasi-prestasi kebajikan. Sahabat, tentu engkau mau bukan?

Ngantuk dan tidur “berjamaah” on first day in ramadhan

Assalamualaykum,

Halo semua, sebelum saya menceritakan kisah saya pagi ini, ijinkan saya dan juga suami saya mengucapkan selamat menjalankan ibadah di bulan suci ramdhan. Semoga puasanya lancar, tilawahnya dimudahkan, tarawihnya tetap semangat baik diawal, ditengah maupun di akhir ramadhan dan diberikan kelapangan rizki untuk banyak banyak bersodaqoh, amin :).

Kami juga menghaturkan mohon maaf lahir dan batin. 🙂

Ok, so let’s start with my story this morning. Still related with ramadhan.

Due to ramadhan, my company give a chance for all moslem staff  to start working early then can leave office earlier, Thus, we can prepare for breaking fasting. I am one of moslem staff who decide to enter earlier coz i want to leave earlier so hopefully still can prepare the foods for my lovely husband :).

Today is my first day to have working hours earlier. I need to reach office at 7 am, means that I need to leave home at 5.30 pm. So before subuh I need to get dressed then after subuh I can go. after 20 minutes waiting for the bus, at last I am in the bus..alhamdulillah. Actually I am still sleepy, so after 10 minutes in the bus, I was asleep.

Hampir nyampe Puri mall, gw kebangun dunk, dah mau nyampe. nha yang bikin eng ing eng, pas gw liat sekeliling, Masya Allah, hapir semua penumpang lagi tidur…wala wala wala, baru kali ini gw naik bis ke kantor, dan semua penumpang lagi tidur..untungnya pak supir tetep terjaga dan mengendalikan bis kami dengan baik, ndak ikutan ngantuk.

Karena baru hari ini gw berangkat sepagi tadi pagi, so agak kaget dan bertanya2, ini memang sudah biasa buat mereka yang harus berangkat amat sangat pagi, atau karena masih ngantuk habis bangun sahur yang pastinya nda sempet tidur lagi…hehehe

but anyway, Alhamdulillah I can reach office safely 🙂

selamat berpuasa 🙂