Mendidik Dengan Cara Nabi

Mendidik Cara Nabi
Nara Sumber : Ust Budi Ashari
Dirangkum oleh Afny Andryani

Prolog
Dahulu, sebelum Rasulullah SAW diutus untuk menyeru ajaran Islam, masyarakat jazirah arab dianggap sebelah mata, bahkan dianggap tidak ada. Klopun ada yang mengenal profil masyarakat jazirah Arab, mereka dikenal sebagai masyarakat miskin dan bodoh. Bangsa2 didunia pun tak memiliki minat untuk menjajah negri yang dikepung gurun pasir ini, karena dianggap tidak “seksi” tidak memiliki SDA yang menarik.
Pernah suatu ketika Rasulullah SAW mengirimkan pasukan untuk menemui Raja Persia…saat itu justru Raja Persia tersebut meminta pasukan utusan Rasulullah SAW untuk kembali pulang dengan memberikan masing masing anggota pasukan uang senilai 5 dirham dan baju. Padahal Rasulullah SAW mengutus mereka untuk mengabarkan dan mengajak beriman kepada Islam. Namun krn stereotype bahwa masyarakat dari jazirah arab tersebut miskin, bodoh dst, begitulah respon Raja Persia saat itu.
Namun lihat, saat ini Islam telah tersebar ke seluruh dunia…pengaruh Rasulullah SAW dan para sahabat sungguh luar biasa…bahkan Prajurit Islam dibawah kepemimpinan Muhammad Al Fatih pernah menaklukkan Konstatinopel dan Islam bercahaya di daratan Eropa.
Para sahabat ring satu Rasulullah, seluruhnya berusia lebih muda dari Rasulullah saat Rasulullah SAW memulai tugas kenabiannya.
Bagaiman Rasulullah mampu mendidik para sahabat dan keluarganya? Sehingga Islam terus terang hingga saat ini? Bagaimana Rasulullah mendidik mereka sehingga dahulu masyarakat jazirah arab yang sama sekali tak dianggap, diberikan stempel miskin, jahiliah…namun kemudian menjadi Berjaya?
Inilah kemudian menjadi awal mula lahirnya parenting nubuwah (ala nabi) …bagaiman kita mendidik generasi kita dengan mengikuti tauladan Rasulullah SAW , agar lahir pemimpin –pemimpin masa depan hebat sholih layaknya para sahabat Rasulullah…
Poin Penting Dalam Mendidik anak
Beberapa poin yang sempat disampaikan Ust Budi tentang mendidik anak dengan cara nabi adalah sebagai berikut:
1. Mendidik anak, mendidik generasi itu adalah amal…
Klo kita bicara amal, maka yang harus kita pikirkan itu bagaimana agar amal itu diterima Allah SWT. Maka dua hal yang penting diperhatikan yaitu : IKLAS dan ILMU
Maka janganlah berhenti mencari ilmu untuk mendidik generasi, untuk mendidik anak dan Iklaskan semua ikhtiar kita untuk mencari Ridha Allah
Ketika Allah telah menerima amal kita, Insya Allah, Allah yang akan tumbuhkan ke arah kebaikan dan akan dicukupkan dengan keterbatasan ilmu yang kita miliki.

Hal ini dikisahkan Allah lewat kelahiran Maryam (Ali Imran). Maryam lahir ketika ayahnya wafat. Namun sang ibu tulus iklas merawat dan senantiasa mendoakan Maryam. Allah menerima amalannya, Allah berikan bantuan, dengan mendatangkan paman Maryam, Nabi Zakaria untuk merawat Maryam, dan Maryam tumbuh menjadi wanita yang sangatt pandai menjaga kesuciannya…Maryam salah satu wanita yang namanya tercatat dalam Al-Quran

2. Kejelasan berbagi tugas dan peran dengan suami/istri dalam hal mendidik anak

Ayah adala pemimpin dalam Rumah Tangga. Ciri khas pemimpin, Sekali kebijakan yang dibuatnya baik itu buruk atau baik, maka akan memberikan dampak secara massal. Itu artinya iya mampu menggunakan powernya.
Nha tinggal bagaimana Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga mampu senantiasa memberikan kebijakan yang berdampak massal dan baik untuk keluarganya

Ibu
Rasullullah SAW pernah mengatakan, bahawa wanita terbaik adalah wanita Quraisy, Mengapa? Rasulullah SAW mengatakan bahwa wanita Quraisy itu punya dua karakter baik yang kuat yaitu:
a. Sangat Lembut kepada anak kecil
b. Pandai menjaga thd kepemilikan suami
Dari Salah satu tulisan Ust Budi Ashari dengan judul “Belajar dari Wanita Quraisy”, berikutt keterangan lebih jauhnya
“Sebaik-baik wanita yang mengendarai unta adalah wanita shalih dari Quraisy; paling sayang pada anak di usia kecilnya dan paling menjaga suami pada yang dimilikinya.” (Muttafaq alaih)
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan,
“Sabda beliau tentang wanita yang mengendari unta, merupakan isyarat tentang Arab. Karena mereka adalah orang-orang yang banyak mengendarai unta. Dan sebagaimana yang diketahui bahwa Arab lebih baik dari yang lainnya secara mutlak dan umum. Maka, bisa diambil pelajaran darinya keutamaan wanita Quraisy secara mutlak di atas seluruh wanita.”
Abul Abbas Al Qurthubi berkata,
“Yang dimaksud dengan sholih adalah baik agamanya, baik interaksinya dengan suami dan yang lainnya, sebagaimana ditunjukkan dalam kata: Paling sayang dan paling menjaga.” (Thorhut Tatsrib fi Syarhit Taqrib, Zainuddin Al Iraqi)
Kini kita dengarkan penjelasan tentang kata: Paling sayang pada anak di usia kecilnya,
“Yaitu sayang kepada anak-anak, lembut, baik dalam mendidik mereka, memberikan hak-hak mereka kalau mereka yatim dan sebagainya.” (An Nawawi dalam al Minha

3. Kasih Sayang dan Kelembutan
Modal Luar biasa dalam mendidik anak adalah Kasing sayang dan kelembutan..ekspresikan !!!

4. Memintakan perlindungan Allah SWT untuk anak –anak dan seluruh keturunan kita dari godaan syaiton ( dari seluruh perbuatan syaiton dan sifat-sifat sayton)
Rasulullah memberikan tuntutan praktis dalam hal ini, diantaranya:

a. Menahan anak ketika malam telah tiba

“Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka lepaskan mereka. Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Bukhari, no. 3280, Muslim, no. 2012)

*malam disini adalah maghrib

b. Tumbuhkan rasa syukur, didik anak untuk pandai bersyukur
Iblis tak akan sanggup menggoda orang yang pandai bersyukur

c. Lakukan apa saja yang dibenci iblis, dari menghiasi rumah kita dengan tilawah quran, sehingga mereka enggan masuk kerumah kita

5. Tegas
Kelembutan dan kasih sayang tetap harus diiringi dengan ketegasan untuk menumbuhkan disiplin dan kemandirian

Soal hal ini Rasulullah SAW pernah memberikan contoh, ketika Rasulullah benar2 menergur Hasan cucunya yang telah memakan kurma shodaqoh, sedangkan Keluarga Rasulullah SAW dilarang memakan makanan shodaqoh. Rasulullah SAW tetap tegas walaupun katakanlah Hasan masih kecil.

Tegas sering kali akan diikuti dengan instruman sangsi atau hukuman. Dalam pendidikan Islam, hukuman disebut sebagai Al Tagh’dib.
Penting dipahami bahwa Hukuman dalam pendidikan Islam adalah Usaha Usaha untuk menjadikan anak lebih beradab, bukan sebagai sarana melampiaskan kejengkelan orang tua atau untuk balas dendam

Hukuman dalam pendidikan Islam laksana obat dalam menyembuhkan penyakit. Karena fungsinya sebagai obat maka:
a. Porsi atau dosisnya harus pas
b. Bertahap
Bagaimana gara kita mampu untuk bisa memberikan sangsi2 yang tujuannya membangun bukan sebaliknya? Ya mesti tau ilmunya, makanya belajar 😀
6. Pentingnya pendidikan Adab
Titik tekankan keagungan adab dalam mendidik anak
Misalnya tentang adab minta ijin jika hendak menggunakan barang orang lain sekalipun itu dirumah sendiri, dst.
Semua adab ini bisa kita contoh dari yang telah diajarkan dalam Al quran maupun yang telah dicontohkan oleh Rasulullah

Maka yang pertama, didik anak kita untuk mencitai Al –quran dan Rasulullah. Caranya dengan banyak menceritakan kepada mereka sirah Nabi dan Al quran…Sehingga mereka menjadikan Rasulullah sebagai Role model dan Al Quran sebagai tuntunan hidup mereka kelak.

7. Jangan pernah memberikan anak makan dari rizki yang subhat, lebih lebih yang haram.
“Wahai Sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kaliam mengikuti langkah-langkah syaitan, katena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Al Baqarah 2: 186
Dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.” (HR. Ibnu Hibban 11: 315, Al Hakim dalam mustadroknya 4: 141. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 4519)