Lebaran Tanpa Ketupat

Tahun ini adalah giliran kami berlebaran di keluarga Jember. Kami tidak ke rumah eyang di Pacitan seperti 2 tahun yang lalu. Kami dijemput oleh mas Bayu di Surabaya beserta Devi, Alya dan Reza. Oia, Reza anaknya mas Bayu tahun ini diajak untuk lebaran di Jember mumpung ada temennya, Alya. Dua anak ini beda banget. Reza pendiam, Alya petakilan. Reza rangking 2, Alya rangking 2 puluh lima hehe… Tapi ada satu kesamaannya, sama-sama item gosong dan mabok selama perjalanan.

Alya,Reza & Daiva

Alya,Reza & Daiva

Liburan kali ini lebih rame, selain ada mbak Sukma (yang langsingan,turun 15kg secara alami euy) dan Reza, mas Bayu dan mbak Ardinana beserta 3 jagoannya juga sering main ke rumah. Daiva juga lagi lucu-lucunya, seneng liat video lagu anak-anak dan niru gerakannya. Tapi galaknya tetep sih terutama kalo keinginannya ga diturutin.

Daiva

Daiva

Kebiasaan buka puasa di keluarga Jember sedikit beda dengan di Indramayu. Di Indramayu dibiasakan selalu ada kurma untuk tajil selain makanan ringan lainnya. Makan besarnya baru setelah sholat maghrib. Di Jember, kurma tidak masuk dalam daftar tajil dan langsung makan besar setelah buka puasa. Kebiasaan shalat tarawih di Jember juga beda. Aku sempet tarawih di musholla deket rumah. Total rakaatnya 15, 12 tarawih dan 3 witir. Sebuah alternatif bagi yang merasa 11 rakaat terlalu sedikit dan 23 rakaat terlalu banyak.

Tiba juga saatnya pengumuman Idul Fitri. Alhamdulillah tahun ini tidak ada perbedaan antara Muhammadiah dan pemerintah walaupun awal ramadhannya beda. Kami pergi ke alun-alun kota untuk melihat suasana malam takbiran. Cuaca saat itu hujan ringan, jadi alun-alun tidak terlalu ramai. Tidak ada acara rame-rame seperti pawai atau pesta kembang api, hanya masyarakat yang bermain kembang api masing-masing.

main kembang api

main kembang api

Shalat idul fitri kami tunaikan di lapangan dekat rumah. Imam dan khatibnya adalah Eggy Sudjana, salah satu calon gubernur Jawa Timur tahun ini. Isi ceramah awalnya masih menyangkut tentang idul fitri namun lama-lama berbau politik, cenderung menjelekkan para pemimpin saat ini, bukannya mendoakan. Ada pengumuman menarik sebelum pelaksanaan sholat ied yaitu tentang sajadah yang ketinggalan saat pelaksanaan sholat Idul Adha tahun lalu.

sebelum sholat ied

bersiap untuk sungkeman

bersiap untuk sungkeman

Ada kebiasaan lagi yang berbeda di sini saat lebaran. Tidak ada ketupat, hanya lontong. Ketupat baru ada saat hari ketujuh, lebaran ketupat istilahnya. Hari pertama lebaran kami isi dengan silaturahmi ke tetangga, Bude di Tanggul dan Pakde Daroh. Besoknya kami ke rumah Om Watok di Situbondo, sekitar 3 jam dari Jember. Mas Bayu dan mbak Ardiana beserta 3 jagoannya juga ikut. Kami sholat Jumat di masjid dekat rumah om Watok, masjid Nurul Muttaqin desa Sumber Anyar Situbondo. Ceramahnya begitu singkat dan dalam bahasa arab, sampe-sampe aku ga sadar bahwa itu ceramah, tau-tau udah duduk di antara 2 khotbah. Selain itu juga ada beberapa jamaah wanita yang ikut sholat Jumat.

Sepanjang perjalanan pergi pulang Alya muntah dan badannya menggigil. Kami pikir cuma masuk angin jadi kami beri obat penurun panas dan obat masuk angin. Tapi sampe rumah ternyata ga membaik, akhirnya malam itu juga dibawa ke dokter karena besoknya kami rencana mau ke rumah orangtuanya Yudho di Malang. Panas tubuhnya ternyata sampe 40,2 derajat dan jadinya harus dirawat malem itu juga. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan adanya infeksi lambung. Alya pun dirawat 4 hari 3 malam. Kasian juga liat Alya sakit ni, yang biasanya makan sehari bisa 8 kali, sekarang makan 3 sendok aja susah. Itu pun akhirnya dimuntahin juga dan aku yang bagian nadahin muntahannya. Gagal sudah rencana ke Malang dan malah akhirnya keluarga Malang yang ke Jember beberapa hari kemudian.

para penunggu

para penunggu

Sebagai pengganti ke Malang, kami ke Gumitir, rest area di jalan antara Jember-Banyuwangi. Sepanjang jalan yang naik dan berkelok, banyak orang minta-minta di pinggir jalan. Tempatnya di dataran tinggi jadi suasananya sejuk dan udaranya segar. Sepanjang jalan Daiva minta dinyanyiin lagu ‘unung’ alias naik-naik ke puncak gunung. Di sana ada cafe, arena outbond, flying fox dan naik kuda. Alya yang baru sehari keluar rumah sakit mulai keliatan aslinya, dia minta flying fox dan naik kuda. Tapi kami larang.

kursi raksasa

kursi raksasa

kereta kelinci

kereta kelinci

Selain itu ada mobil wisata untuk keliling kebun kopi milik PTPN di area itu dan berhenti di terowongan kereta api jaman belanda dan pabrik pengolahan kopi. Sayangnya saat itu bukan musimnya, jadi tidak ada aktifitas di sana. Perjalanannya sekitar 1 jam. Menyenangkan bisa menghirup udara yang sangat segerrr, sebuah kemewahan di kota besar.

menikmati udara segarrr

menikmati udara segarrr

Ujian atau Peringatan?

Bulan ini ada beberapa teman kantor yang pergi umroh. Jadi inget ada draft postingan tentang umroh yang belum aku selesaikan. Ini dia:

Kata orang, hal-hal tidak menyenangkan yang kita alami selama haji/umroh adalah balasan atas perbuatan kita sehari-hari. Misalkan ada seseorang yang kehilangan uang ketika haji/umroh, maka biasanya orang tersebut dalam kesehariannya kurang dalam memberikan zakat, infak atau shodaqoh. Kami juga mengalami hal-hal tidak menyenangkan selama umroh.

Mules

Malam itu aku dan bapak bangun malam untuk sholat malam di Masjid Nabawi. Jam 2 pagi kami sudah berangkat ke sana dengan niat supaya dapat sholat malam di Raudah. Ternyata jam 2 pun Raudah sudah ramai, aku pun mengurungkan niat untuk sholat di sana dan memilih di bagian depan masjid. Sementara bapak tetap berusaha masuk ke area Raudah. Alhamdulillah aku dapat sholat malam dengan cukup tenang. Aku bilang cukup tenang karena masih ada beberapa orang yang lalu lalang di depanku saat sedang sholat.

Masalah dimulai saat mulai sholat Shubuh. Baru di rakaat pertama saat membaca al Fathihah, tiba-tiba perutku terasa mulas. Padahal selama sholat malam tadi perutku fine-fine saja. Aku coba menahannya bahkan sambil sedikit membungkukkan badan. Keringat dingin pun mulai keluar dari tubuhku. Rasa mulas itu tidak berkurang sedikit pun. Aku sampai berdoa agar Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menyelesaikan sholat Shubuh berjamaah ini. Namun rupanya Allah berkehendak lain. Belum sampai rukuk di rakaat pertama, aku tak kuasa lagi membendungnya. Ada sesuatu yang keluar dari belakang, untungnya tidak bunyi dan bau. Perasaanku campur aduk, antara sedih karena tidak bisa menyelesaikan sholat dan bingung harus apa. Akhirnya aku memutuskan untuk berpura-pura meneruskan sholat (semoga Allah mengampuni kesalahanku). Setelah salam, aku langsung buru-buru keluar masjid untuk kembali ke hotel karena aku merasa tadi (maaf) BAB di celana. Karena aku tadi sholat di shaf depan, sementara aku keluar lewat pintu King Fadh (berlawanan dengan arah kiblat), perjalanan keluar masjid rasanya lamaaa banget. Rasa mulas pun muncul lagi. Akhirnya begitu keluar masjid, aku langsung lari ke toilet yang ada di basement. Plong rasanya… Setelah tuntas, aku cek CD-ku. Ternyata kering dan tidak bau. Aku pun kemudian langsung sholat Shubuh di pelataran masjid Nabawi di saat jamaah lain mulai keluar masjid.

Ketinggalan Tas 

Setelah 3 hari beribadah di Madinah, kami melanjutkan perjalanan ke Mekah tanggal 6 Juli 2012. Kami niat umroh di Bir Ali yang terletak sekitar 10 km dari Madinah. Sekitar jam 10 malam kami sampai di Mekah. Barang bawaan kami langsung dibawakan oleh porter ke depan kamar, sementara kami mengganjal perut dulu. Setelah makan, kami diberi waktu 30 menit untuk menuju kamar dan kemudian berkumpul di lobi untuk langsung menuju Masjidil Haram melaksanakan ritual umroh. Saat sampai kamar inilah Afny baru sadar kalau tas jinjingnya ketinggalan di bis. Tas itu sengaja aku taruh di luggage bin karena sudah banyak tas yang kami pangku. Begitu turun, kami berdua lupa tentang tas itu. Isinya adalah make up, buku, dan perlengkapan pribadi Afny yang sulit dicari gantinya di Mekah. Afny pun panik. Aku segera menelpon mas Syafi’i, pembimbing umroh kami, untuk menanyakan apakah bis masih di depan hotel. Sayangnya bis telah kembali ke pool nya sejak tadi. Aku minta tolong untuk meminta supir bis itu kembali lagi ke hotel tapi mas Syafi’i menolak karena letaknya cukup jauh dari hotel. Afny sempat memarahi mas Syafi’i yang akhirnya datang ke kamar kami. Untungnya dia cukup sabar dan menenangkan kami dengan berjanji untuk menelpon supir bis agar mengamankan tas kami.

Menyesal karena telah memarahi mas Syafi’i, Afny pun seger menyusulnya ke lobi dan meminta maaf atas kemarahannya tadi. Sekali lagi, untungnya mas Syafi’i orangnya sabar dan tidak terlihat sakit hari walau sudah dimarahi. (Dan Alhamdulillah, keesokan paginya mas Syafi’i membawakan tas kami dalam keadaan utuh)

Ibu Hilang !!!

Setelah tragedi tas ketinggalan, rombongan kami langsung menuju Masjidil Haram dengan berjalan kaki. Jarak dari hotel kami ke Masjidil Haram sekitar 300 m. Sepanjang jalan banyak hotel-hotel yang sedang direnovasi, akibatnya jalanan kotor dan berdebu. Tapi debu-debu itu terasa sirna begitu kami melihat Masjidil Haram. Hatiku dipenuhi oleh rasa bahagia karena dapat mendatangi Baitullah yang selama ini hanya aku lihat di atas kertas atau layar kaca. Begitu masuk masjid dan melihat Ka’bah, seketika aku merasa kecil. Bukan karena bangunan Ka’bah yang besar atau karena melihat jamaah dari negara lain yang badannya lebih besar, tapi karena begitu besarnya kuasa Allah untuk menggerakkan hati begitu banyak manusia untuk mendatangi Baitullah. Tidak lupa kami pun membaca doa melihat Ka’bah.

Ritual umroh pun kami laksanakan bersama-sama dengan dibimbing oleh mas Syafi’i. Selama tawaf, segala keinginan dan keluh kesah kami adukan kepada-Nya, satu-satunya tempat mengadu. Keinginan kami agar mendapatkan keturunan dan menjadi keluarga sakinah, mawaddah,warahhmah yang langgeng kami sampaikan di sana. Lega rasanya hati ini.

Ibadah pun kami teruskan dengan sa’i, berjalan diselingi lari-lari kecil antara Safa dan Marwa. Aku merasa malu dan tidak ada apa-apanya dengan Siti Hajar yang berlari bolak-balik antara Safa dan Marwa yang saat itu merupakan lahan terbuka. Sementara sekarang sudah beralaskan marmer yang dingin dan beratap. Itu pun masih dilengkapi dengan AC, kipas angin dan tempat minum zamzam.

Selesai tawaf, maka selesailah ibadah umroh kami. Alhamdulillah… Kami pun segera menuju tempat minum terdekat untuk menghilangkan dahaga. Aku dan Afny sengaja berjalan paling akhir, selain karena kaki Afny sakit juga untuk jadi tim penyapu siapa tahu ada rombongan yang ketinggalah. Dari kejauhan aku lihat mbak Nining dan Bapak, tapi Ibu tidak kelihatan. Ah, pasti Ibu juga bersama mereka pikirku. Setelah minum dan mengisi botol minum dengan zamzam, kami pun berjalan menuju pintu King Abdul Aziz, tempat pertama kami masuk Masjidil Haram dan meletakkan sandal. Sesekali kami juga berfoto dengan latar belakang Ka’bah. Belum sampai pintu tersebut, kami bertemu mbak Nining dan Bapak. Mereka bertanya apakah melihat Ibu. Ternyata mereka meninggalkan Ibu yang sedang mengisi botol minum, karena saat itu masih ada beberapa jamaah yang lain. Kami berempat pun kembali ke tempat minum tadi. Tapi nihil, Ibu tidak ada di sana. Aku langsung menghubungi mas Syafii, pembimbing kami. Ternyata dia sudah pulang karena dia ada keperluan lain sementara para jamaah masih ingin istirahat di masjid.

Akhirnya kami kembali ke pintu King Abdul Aziz dan bertanya ke jamaah yang memang menunggu kami. Tidak satupun dari mereka yang melihat Ibu, kecuali salah seorang bapak. Dia melihat seseorang yang mirip ibu berjalan keluar. Kami berempat segera keluar tanpa alas kaki sampai batas halaman masjid. Ibu tidak terlihat. Kami pun berbagi tugas, aku dan Afny mencari Ibu ke hotel sementara Bapak dan mbak Nining menyusuri masjid. Sepanjang jalan menuju hotel aku bilang ke Afny kalau kecil kemunginan Ibu kembali ke hotel sendirian, apalagi tanpa alas kaki. Belum lagi saat itu malam hari dan Ibu belum tentu hafal lokasi dan nama hotelnya. Sebenarnya tiap jamaah dibagikan kartu nama hotel. Tapi kartu milik Ibu dititipkan ke mbak Nining dengan alasan khawatir hilang. Afny tidak mempedulikan keluhanku dan tetap bersikukuh untuk menuju ke hotel. Begitu sampai pintu hotel terlihat Ibu tanpa alas kaki sedang berbicara dengan petugas resepsionis. Kami langsung menghambur memeluk Ibu. Afny sambil mengucurkan air mata meminta maaf pada Ibu. Dengan tenang dan tanpa air mata, Ibu menenangkan Afny bahwa semua bukan kesalahan kami. Aku segera menelpon mbak Nining untuk mengabari bahwa Ibu sudah kami temukan.

Ternyata waktu Ibu mengisi botol minum, mbak Nining dan Bapak izin duluan untuk mengambil sandal. Waktu itu memang masih ada beberapa jamaah. Tapi setelah selesai mengisi air, Ibu tidak melihat satupun jamaah termasuk kami. Kami pun tidak melihat Ibu padahal kami berjalan paling akhir. Akhirnya Ibu berjalan menuju pintu King Abdul Aziz sambil berharap bertemu dengan rombongan. Bahkan Ibu beberapa kali berhenti dan memutar tubuh dengan harapan ada jamaah yang melihat mukenah Ibu yang eye catching. Akhirnya Ibu pun memutuskan untuk berjalan menuju hotel.

Kaki Bapak Sakit

Tanggal 9 Juli 2012, kami melakukan umroh yang kedua. Kami mengambil niat dari Ji’ronah, setelah sebelumnya ziarah ke Jabal Tsur & Jabal Rahmah. Umroh kami mulai setelah sholat dhuhur. Kebayang kan panasnya. Kami berdua sengaja memisahkan diri dan berjalan  di belakang rombongan supaya bisa lebih khusuk, sekaligus mengawasi kalau-kalau Ibu terpisah dari rombongan lagi.

Sejak tawaf Bapak sudah mulai terpincang-pincang jalannya. Memang sejak beberapa bulan sebelum umroh, Bapak mengeluhkan kaki kirinya yang sakit. Sudah berobat kesana kemari tapi belum juga sembuh. Sehari sebelumnya ternyata Bapak melakukan tawaf setelah sholat. Niatnya sekalian menguji apakah kakinya masih kuat untuk umroh esok harinya. Tapi hasilnya setelah umroh Bapak jadi tidak kuat jalan lagi. Awalnya Bapak ingin istirahat di masjid sambil menunggu Ashar dan menyuruh kami untuk duluan saja kembali ke hotel. Tapi kami tidak tega membiarkan Bapak sendirian di masjid dengan kaki sakit, tanpa makanan dan masih menggunakan kain Ihram. Akhirnya kami menuntun Bapak untuk kembali ke hotel. Hari itu Bapak sholat Ashar di hotel saja.

Dari kami berlima, hanya mbak Nining saja yang tidak mengalami kejadian tidak menyenangkan selama umroh. Terlepas dari apakah hal-hal di atas merupakan ujian atau peringatan bagi kami, yang jelas itu adalah pengalaman yang tidak akan kami lupakan.

Maaf, Makan & Main

Tahun ini giliran kami untuk lebaran di rumah orangtuaku di Indramayu. Jarak rumah kedua orangtua kami yang jauh (Indramayu & Jember) hanya memungkinkan kami lebaran di satu tempat saja.

Lebaran selalu marak dengan momen maaf-maafan. Begitu banyak tamu yang datang ke rumah untuk maaf-maafan, walaupun ada juga beberapa yang datang untuk berobat. Oia, bapak adalah seorang mantri (perawat) yang sudah lama buka praktek di rumah. Sedangkan ibu adalah pensiunan guru SD yang sebelumnya sempat cukup lama menjabat kepala sekolah. Mantan-mantan muridnya,baik yang masih sekolah maupun yang sudah punya anak,rutin datang ke rumah saat lebaran. Saking banyaknya tamu, kami jadi tidak punya waktu untuk sungkeman dengan bapak ibu. Praktis kami baru bermaaf-maafan setelah sholat Dhuhur berjamaah. Selain dengan tetangga, kami juga maaf-maafan dengan sanak famili. Keluarga besar orangtuaku punya tradisi halal bi halal setelah lebaran, keluarga ibu pada 2 syawal dan bapak pada 3 syawal.

Lebaran juga identik dengan masak & makan, begitu juga lebaran kami (lebih tepatnya Afny masak & aku makan). Kebetulan tahun ini rumah ibu menjadi tempat halal bi halal keluarga besarnya, Bani Kartawi. Ibu, mbak Nining & Afny pun berkutat di dapur. Ibu masak sambal goreng, mbak Nining bikin pecel, Afny bagian salad buah. Besoknya giliran halal bi halal keluarga besar bapak, Bani Ghazali. Kali ini ibu, mbak Nining & Afny nggak perlu masak, cukup datang dan menyantap makanan. Nah baru keesokan harinya mereka bertiga berkutat lagi di dapur, kali ini bikin nasi kuning untuk syukuran hari lahirku & Alya. Aku sudah 30 tahun & Alya baru 3 tahun 🙂 . Sorenya Afny memasak makanan favoritnya, tomyam.

Lebaran kali ini juga penuh dengan acara bermain. Hari kedua lebaran mas Yandi,mbak Dian & si kecil Alya menginap di rumah. Wah, Alya sudah jauuh berbeda dengan tahun-tahun lalu, sudah nggak rewel lagi. Sudah mau diajak jalan dan main. Sudah hafal al-Fathihah & beberapa lagu. Juga sudah pintar merajuk. Hari itu Alya main terus sampai malam, tanpa tidur siang sebentar pun. Padahal kita semua udah pada capek. Waktu diajak tidur malam pun dia sudah bisa mengelak ‘Alya mau main dulu ya, nanti abis itu tidur’. Tapi ada satu yang belum berubah, Alya masih susah makan nasi. Setelah 2 suapan nasi, mbak Dian akhirnya nyerah. Nasi & sayur Alya pun di-blender, itu aja Alya masih lama makannya. Perlu 1 jam lebih untuk menghabiskannya (masih sisa beberapa suapan sih).

Selain maaf,makan & main, lebaran kali ini juga kami optimalkan untuk berbakti pada orangtua kami. Walaupun Jakarta-Indramayu cuma 2,5 jam naik kereta, nggak setiap bulan juga kami pulang. Makanya selama mudik kemarin sebisa mungkin kami habiskan waktu bersama mereka, baik membantu pekerjaan rumah atau sekedar ngobrol & bercanda untuk membahagiakan mereka. Kalau kata ustadz pas kultum dhuhur, orangtua akan senang kalau kita ‘memberikan’ diri kita, tidak hanya memberikan sesuatu di luar diri kita. Ketika kita memberikan uang atau barang, sesungguhnya yang kita berikan adalah sesuatu di luar diri kita. Namun ketika kita hadir di depan mereka, mendengarkan mereka, mengajak ngobrol mereka, saat itulah kita ‘memberikan’ diri kita untuk mereka sebagaimana mereka lakukan saat kita masih kecil.

3M

Assalamualaykum,

hallo semua, sebelum mulai kembali bercerita, saya dan suami hendak mengucapkan, selamat hari raya idul fitri buat semua, mohon maaf atas segala khilaf yang pernah tertoreh, semoga Allah menerima semua amal ibadah kita di bulan ramdhan ini dan menjadi kan kita semua hamba Allah yang jauh lebih baik, lebih patuh akan semua perintah Allah, semakin takut akan Allah, semakin mencintai Allah, dan semakin bersemangat berlomba lomba meraih ridho Allah …amin ya Rabb.

nha cerita saya yg berjudul 3M bukan seputar lebaran, cuma sedikit lagi lagi hal2 lucu yang terjadi di keluarga kecil kami. Suamiku itu seseorang yang menurutku kreatif, cepat dalam berfikir (spontanitas), jadi celetukan celetukan lucu dan pas. Dia pandai sekali menirukan gaya Andre (OVJ) dengan kreatifnya membuat pantun dalam hitungan detik, dan melakukan “gombalisasi” pada ku…hahaha.
Nha salah satu kratifitas dia yang lain adalah membuat panggilan sayang untuk ku. panggilan resmi kami berdua adalah Ayang, namun suamiku punya banyak sekali panggilan sayang yang lain untukku.

3M , adalah singkatan dari tiga nama panggilan sayang untuk ku,
M yang pertama, Milop….tiba2 saja suamiku memanggilku dengan sebutan Milop, lantas kutanya,
Me: ” kok milop si Ay, apa itu?”
My Ayang: “Milop itu singkatan ay: Milop= My Lope”
hahahha, ok then, masih bagus akronimnya, so kubiarkan ia sering memanggilku dengan sebutan milop

Suatu hari kok ganti lagi, tiba tiba dia memanggilku dengan sebutan Micin, ini dia M yang kedua
Walah, lha kok micin, emangnya aku penyedap rasa apa (micin=vetsin=MSG)…lagi lagi suamiku menjelaskan waktu aku protes, Micin itu singkatan My Cinta, sayang…hohohohohoho…ada ada aja…krn akronimnya lucu dan kepanjangannya bagus, jadi tak pe lha, you boleh panggil ay dengan sebutan micin…hehhee

belum berhenti keusilan suamiku membuat panggilan baru untukku, baru baru ini tiba tiba dipanggilnya aku dengan sebutan Misol, M yang ketiga, Masya Allah, yang ada di kepala ku langsung refers to tukang Sol sepatu..heheheh…
tapi pas kutanya, suamiku bilang , Misol itu singkatan ayang, Misol: My Soul mate ….hihihihi …kembali membuatku tersipu sembari terus tak lupa bersyukur, Allah berikan aku seorang suami, imam di keluarga kecil kami yang pandai mengungkapkan kasih sayang nya.

” Ya Allah, Dzat yang maha membolak balikkan hati, kumohon tetapkan hati kami berdua untuk selalu istiqomah di jalan Mu, untuk selalu saling mengasihi dan mencintai karena Mu..amin ”

Nha buat para pembaca, klo tertarik dengan 3M kami; Milop, Micin, Misol, silahkan dicoba buat istri tercinta :)…lucu tapi tetep romantis 😀

Telemarketing AXA Mandiri

Sekitar jam 10.25, tiba-tiba HP ku bunyi. Ada telpon masuk dari nomer yang aku ga kenal. Suara cewe di seberang sana. Dia ngenalin diri dari AXA Mandiri dan minta waktuku sebentar. Kebetulan aku lagi nyari-nyari produk asuransi, so aku dengerin deh. Prolognya dia bilang kalo aku dapet tawaran asuransi Mandiri Jaminan Kesehatan karena aku pemegang kartu kredit Mandiri (padahal baru sebulan aku punya kartu kredit). Dia jelasin kalo Mandiri Jaminan Kesehatan ini jangka waktunya 5 tahun dan kalo ngga diklaim selama itu, uang kita akan kembali seutuhnya. Asuransi ini juga bisa double cover, artinya kalo biaya kesehatan kita udah di-cover ama perusahaan atau asuransi lain, masih tetep bisa diklaim ke AXA. Jumlah yang di-cover juga sesuai dengan kesepakatan awal. Misalnya kita dapet biaya rawat inap sehari Rp 1 juta, tapi biaya rawat kita cuma Rp 450 ribu sehari maka kita tetep dapet Rp 1 juta. Untuk lebih detailnya baca di sini. Dia bilang juga lagi ada promo, jadi dengan usiaku sekarang (28 tahun) aku cukup bayar Rp 197.200 per bulan untuk dapet manfaat biaya rawat inap Rp 750 ribu per hari, dll. Tertarik juga aku. Di komponen gajiku ada ‘dana kesehatan setelah pensiun’. Sejak beberapa tahun terakhir ini, dana kesehatan setelah pensiun diserahin ke karyawan untuk dikelola sendiri. Nah, aku pengen pake dana itu untuk asuransi.

Sambil ditelpon, aku googling cari info tentang asuransi ini, takutnya ini penipuan. Untungnya si mbaknya pelajaran bahasa Indonesianya jelek. Dia ga kenal tanda baca titik, cuma koma doang. Dipancing pertanyaan dikit, jawabnya paaanjang dan laaama 😀 Trus aku juga sambil chat ma Afny, tapi sayangnya dia lagi ngajar. Aku coba nego sama mbaknya untuk nelpon lagi besok, aku mau diskusi dulu ama istriku. “Wah ga bisa pak. Ini program telemarketing jadi cuma bisa melalui telepon dan sekali aja.”. Wah kaya sniper nih, one bullet for one target. “Kalo gitu aku yang nelpon balik deh mbak”, aku nego lagi. “Ga bisa pak, telpon ini ga bisa dihubungi balik”. At the end aku akhirnya ambil keputusan untuk ambil asuransi ini. Transaksinya cuma by phone. She mentioned term and agreement and I was only answered “agree”. That’s all. Data pribadiku ga ditanyain lagi, karena dia dah dapet dari kartu kredit. Polis akan dikirim sekitar 14 hari lagi. Trus aku juga dikasih nomer telpon AXA Mandiri Customer Center.

Pas istirahat siang, Afny nelpon tentang asuransi ini. Dia khawatir kalo itu penipuan. Aku langsung ke bank mandiri dan tanya tentang produk itu. Mas di bank mandiri bilang produk ini emang bener ada dan penawarannya by telemarketing. Dia malah nawarin produk asuransi lain. Dasar, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Di rumah, aku diskusi lagi tentang asuransi ini. Emang sih, produk ini ga terlalu sesuai dengan keinginan kita. Kita kan pengennya ikut asuransi yang manfaatnya kita ambil setelah kita pensiun, bukan saat ini. Kita sepakat untuk cancel aja asuransi ini dan cari program lain.
Besoknya aku coba telp mbak yang nelpon aku kemarin eh ga bisa ditelpon, tiba-tiba aja putus. Waduh!!! Mulai curiga nih. (coba deh telpon ke 021-300 9715, pasti ga bisa) Aku coba telpon AXA Mandiri Customer Center di 021-579 77888…alhamdulillah nyambung, tapi pas aku telpon belum buka kantornya, baru jam 9 pagi bukanya. Jam 10-an aku telpon lagi dan minta untuk cancel asuransiku. Mereka nanya apakah aku dah dapet SMS tentang nomer polisku, aku bilang belum. Aku sempet ditanya alesanku cancel. Ya aku jawab aja ini ga sesuai dengan kebutuhanku. Untungnya mereka juga ga maksa kok dan kooperatif. Walhasil asuransiku dicancel. Eh ga sampe 10 menit setelah aku tutup telponnya, ada SMS masuk. Isinya tentang nomer polisku. Whattt!!!??? Buru-buru aku telpon balik AXA Customer Centernya dan klarifikasi masalah ini. Mereka mastiin kalo asuransiku udah di-cancel. Syukurlah…..
So, here we are again, looking for another insurance that suitable for our needs.

WHY why…namanya Story Of Duo Gembil?

Tulisan ini akan menceritakan kenapa ya nama blog nya story of Duo Gembil…mungkin sudah banyak yang bisa menebak, Duo Gembil pastinya representasi kami berdua, but why? And how? .,….ini dia cerita selengkapnya…

Berawal dari momen indah yang dikaruniakan Allah pada kami berdua pada tanggal 23 Januari 2010, yaa..saat itu kami berdua telah resmi baik secara agama maupun Negara menjadi sepasang suami istri. Point penting pertama adalah, saat itu berat badanku 49 kg dengan tinggi 161 cm ( so gw layak untuk disebut memiliki postur tinggi langsing 😀 ). Dan saat itu suamiku dengan tinggi 167 cm memiliki berat badan 64kg (cukup proporsional bukan 😉 )….dan ini dia foto kami berdua saat masih sama sama langsing 😀

Our wedding

next:

Setelah dua minggu menghabiskan waktu bersama setelah menikah, saat nya gw harus kembali ke Malaysia (saat menikah gw belum menyelesaikan study S2 ku di UTP Malaysia) untuk mempersiapkan sidang VIVA thesis ku. Kami berpisah  untuk sementara waktu, sampai suamiku mengunjungiku pada bulan Maret 2010 untuk menghadiri sidang VIVA Thesisku. Point penting kedua disini adalah: saat itu berat badanku masih stabil dan bertahan di 49 kg, demikian juga suamiku.

Saat-saat itu memang saat2 dimana pikiranku sangat stressful, stress dengan persiapan sidang dan stress karena jauh dari suami, makanya I can keep maintain my weight without doing any diet.

Ok, then, awal bulan Mei 2010 akhirnya Alhamdulillah gw tuntas menyelesaikan study S2 , dan dengan hati sangat amat riang membayangkan kepulanganku kembali ke Indonesia, see my lovely hubby and leaving my lovely campus for good.

Setelah kembali ke Indonesia, gw sempat jobless for several months. Kesempatan ini kugunakan sebaik mungkin untuk menjadi lovely fulltime housewife. Memasak, beres2 rumah, cuci + setrika adalah makananku setiap hari. So rutinitas yang kujalani totally change.  cuci setrika, beres2 kamar seminggu sekali dan tiap hari berkutat dengan research dan lab demo adalah rutinitasku sebelumnya :D….soooo, harusnya gw makin capek dunk, dan harusnya gw makin kurus dunkkk, tapi bim salabim..ternyata tidak saudara saudara….dan ini dia point penting ketiga : pada lebaran Agustus 2010, atau sekitar 3-4 bulan setelah kepulanganku ke Indonesia, seatap dengan suami tercinta, berat badanku menjadi 56kg…means that dalam 3-4 bulan berat badanku naik 7 kg. whatttttttt, dan tentunya dengan tinggi yang sama…tak hanya diriku demikian pula suamiku, dari 54 kg dia sukses “menggemukkan” badan  until 6okg, wakakakka, 6 kg dalam 3-4 bulan.

I let you know something, bentuk wajahku oval atau orang jawa bilang lonjong, tapi if I am getting weight, larinya ke pipi, jadi yang tadinya lonjong bisa bunder :D…nha my hubby, memang dari sononya  at least saat gw bertemu dengannya saat pertama kali) sudah bunder (wlopun dia selalu menyangkal

:D), nha if he is getting weight, you can imagine ya, jadi chubby bgt, lucu de …hahhaha

Nha, next ya..Akhirnya Alhamdulillah gw mendapat pekerjaan, so rutinitasku kembali berubah..yang tadinya tiap hari nyuci nyetrika, masak, beres2 rumah, menjadi tiap hari berangkat pagi pulang malam (karena rumah kami di tangerang dan kantorku di Jakarta)….nha dengan pekerjaan baru yang perlu banyak persiapan dan penyesuaian, harusnya gw capek dunk, tiap hari ngejar bis, harusnya bikin berat badan terus turun dunk, tapi ternyata juga tidakkkkkkk…

Bulan April 2010 awal,gw sempet melakukan medical check up bersama  suami, dan saat itu ostomatis kami nimbang badan…and ini dia point penting keempat….OMG…O My God, berat badan gwwww jadi 62kg,….ampunnnn means, dalam 7 bulan berat badanku naik 6kg, dan artinya total dalam waktu kurang dari satu tahun, berat badanku naik 13 kg….gila ga siiii….

So pipikuuuuu, pipi kuuuuuu, jadi chubby buanget

Nha suamiku, samaaaa, you know berapa berat badan dia sekarang 70kg, means that kurang dari setahun berat badan suamiku naik 6kg….ckckckckc, so jadi bullet dan chubby bgtttt (tapi aku suka, abis lucu bangettt, macam budak kecil 😀 )

So inilah kami sekarang

suamiku

Sepertinya perubahan hidup kami, dan Alhamdulillah kebahagiaan yg Allah karuniakan di pernikahan kami, membuat pikiran menjadi lebih rilex, dan walhasil badannya juga jadi rilex, alias flexibel, alias melar 😀

That’s why akhirnya kami saling meledek dengan sembutan gembil, dan krn sama2 jadi gembil, akhirnya jadilah Duo Gembil :D…And we deal to make share blog entitled Story Of Duo Gembil 😀